probelam konseptual teoritis pendidikan islam / kapita selekta
DAFTAR ISI
بسم
الله الرّحمن الرّحيم
Sekapur sirih
ASSALAMUALAIKUM.wr.wb.
. . .
Alhmdulillah
segala puji hanya miik allah.swt.yang telah memberikan kepada kita
semua,bermacam-macam kenikmatan ,baik kenikmatan rohaniyah dan jasadiyah dan
yang terpenting adalah kenikmatan iman dan islam.
Semoga
allah.swt.senantiasa memberikan hidayah-NYA kepada kita semua.
Sholawat
dan salam semoga tercurah kepada rosulullah .saw.atas jasa beliau dengan izin
allah.swt.telah mengubah peradaban yang jahil menuju ke peradaban yang maju
disegala bidangnya.
Pendidikan
merupakan ujung tombak dan juga barometer bagi agama islam dan juga seluruh
lapisan masyarakat di dunia ini ,dengan pendidikan masyarakat akan lebih
bermartabat di masayarakat lain dan bahkan dunia. Karena memang itu adalah
janji dan serifikat dari allah .swt. untuk kita manusia,seperti dalam
firmannya;يَرفَعِ اللهُ الّذينَ امنوا منكُم والّذين
اُوتُوا العِلمَ درَجَـتٍ
“allah
akan mengangkat (derajat)orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang
yang diberi ilmu beberap derajat”
Dalam
makalah ini kami akan membawakan makalah yang berjudul problema
konseptual teoritis pendidikan islam.
Semoga
apa yang disampaikan dalam makalah ini ,bermanfaat untuk kita semua,dan kita
semua selalu mendapatkan hidayah dari allah.swt. Amin . . . .
Hormat kami
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
a.Latar belakang
Dalam pembahasan makalah ini ,marilah kita
mengenal lebih jauh mengenai problema konseptual teoritis pendidikan islam.
Pendidikan merupakan bagian dari investasi masa depan, investasi masyarakat
sekaligus investasi negara dalam rangka memajukan dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Maka, dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pendidikan senantiasa
diarahkan untuk menjawab beberapa hal yang berkaitan dengan masalah kebangsaan
dan keummatan.
Peran pendidikan sangat penting
dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses
kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan
bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan
negara. Jika sistem pendidikanya berfungsi secara optimal maka akan
tercapai kemajuan yang dicita-citakanya sebaliknya bila proses pendidikan yang
dijalankan tidak berjalan secara baik maka tidak dapat mencapai kemajun yang
dicita-citakan. Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai
kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun
hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di
masa depan sangat bergantung pada kontibusinya pendidikan. misalnya sangat
yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di
hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam penjelasan Umum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan: Manusia membutuhkan
pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang
dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Namun didalam dunia pendidikan sendiri
banyak masalah-masalah pendidikan yang dihadapi di era globalisasi ini. Baik
itu masalah yang bersifat internal maupun eksternal.
b.Rumusan Masalah
Adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah;
1.
Pendidikan
Islam
2.
Makna
Problem dan Masalah Pendidikan Islam
3.
Pokok-Pokok Permasalahan Pendidikan
Islam
4.
Kompleksitas Problem Pendidikan
5.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Timbulnya Masalah Pendidikan Islam.
c.Tujuan penulisan makalah
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1. Untuk Mengetahui Makna Pendidikan Islam
2. Untuk Mengetahui Makna Problem dan Masalah Pendidikan Islam
3. Untuk Mengetahui Pokok-Pokok Permasalahan Pendidikan
Islam
4. Untuk Mengetahui Kompleksitas Problem Pendidikan
5. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Timbulnya Masalah Pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan Islam
Ada tiga
istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyah
(pengetahuan tentang ar-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen
tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi
nilai-nilai ilmiah), al-Ta’dib (integrasi ilmu dan amal). (Hasan Langgulung :
1988).
a. Istilah al-Tarbiyah
Kata
Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba” (رَبَّى),
yurabbi (يُرَبِّى) menjadi “tarbiyah” yang mengandung arti
memelihara, membesarkan dan mendidik. Dalam statusnya sebagai khalifah berarti
manusia hidup di alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan sekaligus
sebagai pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian manusia
sebagai bagian dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama
alam lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas
untuk memadukan pertumbuhan dan perkembangannya bersama dengan alam.
(Zuhairini, 1995:121).
b. Istilah al-Ta’lim
Secara
etimologi, ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu
pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun proses
pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an
ketika penciptaan Adam as oleh Allah SWT, ia menerima pemahaman tentang konsep
ilmu pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan
dengan menggunakan konsep ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara
pengetahuan Adam as dengan Tuhannya. (Jalaluddin, 2001:122).
c. Istilah al-Ta’dib
Menurut
al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah
al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada hadits Nabi:
اِدَّ بَنِيْ رَبِّى فَأَحْسَنَ
تَـأْدِيْبِيْ {رواه العسكرى عن على}
Artinya :
“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku”
(HR.
al-Askary dari Ali r.a).
Al-Ta’dib
berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam
diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan akan
berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang
tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
Dari bahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang
memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan ideologi Islam. (Samsul Nizar, 2002:32).
2. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Secara umum
tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai
titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang
dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.
Bila dilihat
secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk :
a. Alat untuk memperluas, memelihara, dan
menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta
ide-ide masyarakat dan nasional
b. Alat untuk mengadakan perubahan inovasi dan
perkembangan.
3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan
al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang
sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena
kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar
manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu,
pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi
kontinuitas, maupun seluruh umat manusia. (Samsul Nizar, 2002:38).
B. Makna Problem dan Masalah Pendidikan Islam
Barangkali
secara umum orang memahami masalah (problem) sebagai kesenjangan antara
kenyataan dan harapan. Namun dalam matematika, istilah “problem” memiliki
makna yang lebih khusus. Kata “Problem” terkait erat dengan suatu
pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan problem solving. Dalam hal ini
tidak setiap soal dapat disebut problem atau masalah. Ciri-ciri suatu
soal disebut “problem” dalam perspektif ini paling tidak memuat 2 hal
yaitu:
1. Soal tersebut menantang pikiran (challenging),
Masalah
mendasar dalam pendidikan Islam selama ini adalah hilangnya nilai-nilai Adab
(etika) dalam arti luas.
Hal ini
terjadi disebabkan kerancuan dalam memahami konsep. Ada tiga konsep;
1.
Ta'lim
2.
Tarbiyah
3.
Ta'dib.
JIka konsep pendidikan Islam hanya
terbatas pada Tarbiyah atau Ta'lim, maka pandangan hidup barat yang melandaskan
nilai-nilai dualisme, sekularisme, humanisme, dan sofisme akan merasuk. Dengan
begitu, nilai-nilai adab semakin kabur dan semakin jauh dari nilai-nilai Hikmah
Ilahiyah. Hal ini menjadi sebab utama dari kezaliman, kebodohan, dan kegilaan.
Jika cenderung lebih memakai Ta'dib dari
pada Tarbiyah dan Ta'lim, alasan mendasar memakai istilah Ta'dib adalah, karena
adab berkaitan erat dengan ilmu. Ilmu tidak bisa diajarkan dan ditularkan
kepada anak didik kecuali orang tersebut memiliki Adab yang tepat terhadap ilmu
pengetahuan dalam pelbagai bidang. (dalam keyakinan agama bahwa Islam tidak
mengenal dikotomi ilmu, karena ilmu dalam Islam asalnya dan bersumber pada
nash-nash dasarnya, yakni ; Alquran dan Hadis). Bagaimana penggabungan antara
ilmu umum dan agama. Sebab, masing-masing memiliki epistema (asal pengetahuan)
yang berbeda.
C. Pokok-Pokok Permasalahan Pendidikan Islam
1.
Kualitas,
2.
Relevansi, dan
4.
Manajemen
Ketiga masalah di atas merupakan masalah besar, mendasar, dan
multidimensional, sehingga sulit dicari ujung pangkal pemecahannya (Tilaar,
1991). Permasalahan ini terjadi pada pendidikan secara umum di Indonesia,
termasuk pendidikan Islam yang dinilai justru lebih besar problematikanya.
D. Kompleksitas Problem Pendidikan
Pendidikan
Islam juga dihadapkan dan terperangkap pada persoalan yang sama, bahkan apabila
diamati dan kemudian disimpulkan pendidikan Islam terkukung dalam kemunduran,
keterbelakangan, ketidak berdayaan, dan kemiskinan, sebagaimana pula yang
dialami oleh sebagian besar negara dan masyarakat Islam dibandingkan dengan
mereka yang non Islam. Katakan saja, pendidikan Islam terjebak dalam lingkaran yang
tak kunjung selesai yaitu persoalan tuntutan kualitas, relevansi dengan
kebutuhan, perubahan zaman, dan bahkan pendidikan apabila diberi “embel-embel
Islam”, dianggap berkonotasi kemunduran dan keterbelakangan, meskipun sekarang
secara berangsur-angsur banyak diantara lembaga pendidikan Islam yang telah
menunjukkan kemajuan (Soeroyo, 1991: 77). Tetapi pendidikan Islam dipandang
selalu berada pada posisi deretan kedua atau posisi marginal dalam sistem
pendidikan nasional di Indonesia. Dalam Undang- Undang sistem pendidikan
nasional menyebutkan pendidikan Islam merupakan sub-sistem pendidikan nasional.
Pendidikan
Islam menjadi satu dalam sistem pendidikan nasional, tetapi predikat
keterbelakangan dan kemunduran tetap melekat padanya, bahkan pendidikan Islam
sering “dinobatkan” hanya untuk kepentingan orang-orang yang tidak mampu atau
miskin, memproduk orang yang eksklusif, fanatik, dan bahkan pada tingkah yang
sangat menyedihkan yaitu “terorisme-pun” dianggap berasal dari lembaga
pendidikan Islam, karena pada kenyataannya beberapa lembaga pendidikan Islam
“dianggap” sebagai tempat berasalnya kelompok tersebut. Walaupun “anggapan” ini
keliru dan dapat ditolak, sebab tidak ada lembaga-lembaga pendidikan Islam
manapun yang bertujuan untuk memproduk atau mencetak kelompok-kelompok orang
seperti itu. Tetapi realitas di masyakarat banyak perilaku kekerasan yang
mengatasnamakan Islam. Apakah ada sesuatu yang salah dalam sistem, proses, dan
orientasi pendidikan Islam.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah Pendidikan Islam
Masalah
pendidikan Islam timbul karena dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
1.
Faktor internal
a.
Meliputi manajemen pendidikan Islam yang pada umumnya belum mampu
menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan
berkualitas. Hal ini tercermin dari kalah bersaing dengan sekolah-sekolah yang
berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional [Diknas] yang umumnya
dikelola secara modern.
b.
Faktor kompensasi profesional guru yang masih sangat rendah. Para guru yang
merupakan unsur terpenting dalam kegiatan belajarmengajar, umumnya lemah dalam
penguasaan materi bidang studi, terutama menyangkut bidang studi umum,
ketrampilan mengajar, manajemen keles, dan motivasi mengajar. Hal ini terjadi
karena sistem pendidikan Islam kurang kondusif bagi pengembangan kompetensi
profesional guru.
c.
Adalah faktor kepemimpinan, artinya tidak sedikit kepala-kepala madrasah
yang tidak memiliki visi, dan misi untuk mau ke mana pendidikan akan dibawa dan
dikembangkan. Kepala madrasah seharusnya merupakan simbol keunggulan dalam
kepemimpinan, moral, intelektual dan profesional dalam lingkungan lembaga
pendidikan formal, ternyata sulit ditemukan di lapangan pendidikan Islam.
Pimpinan pendidikan Islam bukan hanya sering kurang memiliki kemampuan dalam
membangun komunikasi internal dengan para guru, melainkan juga lemah dalam
komunikasi dengan masyarakat, orang tua, dan pengguna pendidikan untuk
kepentingan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Biasanya pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan birokratis daripada pendekatan kolegial
profesional. Mengelola pendidikan bukan berdasar pertimbangan profesional,
melainkan pendekatan like and dislike (Mahfudh Djunaidi, 2005),
dengan tidak memiliki visi dan misi yang jelas.
2.
Faktor eksternal
a.
Adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap pendidikan Islam.
Pemerintah selama ini cenderung menganggap dan memperlakukan pendidikan Islam
sebagai anak tiri, khususnya soal dana dan persoalan lain. Katakan saja,
alokasi dana yang diberikan pemerintah sangat jauh perbedaannya dengan
pendidikan yang berada di lingkungan Diknas (Mahfudh Djunaidi, 2005). Maka,
terlepas itu semua, apakah itu urusan Depag atau Depdiknas, mestinya alokasi
anggaran negara pada pendidikan Islam tidak terjadi kesenjangan, toh pendidikan
Islam juga bermisi untuk mencerdaskan bangsa, sebagaimana juga misi yang
diemban oleh pendidikan umum.
b. Dapat
dikatakan bahwa paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih
didominasi oleh pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional. Pendidikan
Islam tidak dianggap bagian dari sektor pendidikan, lantaran urusannya tidak di
bawah Depdiknas. Beberapa indikator yang menunjukkan kesenjangan ini yaitu
mulai dari tingkat ketersediaan tenaga guru, status guru, kondisi ruang
belajar, tingkat pembiayaan (unit cost) siswa, hingga tidak adanya
standardisasi mutu pendidikan Islam, karena urusan pendidikan Islam tidak
berada di bawah Depdiknas (Abdul Aziz, Kompas, 2005), dan lebih tragis lagi
adalah sikap diskriminatif terhadap prodak atau lulusan pendidikan Islam.
c.
Adalah adanya diskriminasi masyarakat terhadap pendidikan Islam. Secara
jujur harus diakui, bahwa masyarakat selama ini cenderung acuh terhadap proses
pendidikan di madrasah atau sekolah-sekolah Islam. Rata-rata memandang
pendidikan Islam adalah pendidikan nomor dua dan biasanya bila menyekolahkan
anaknya di lembaga pendidikan Islam merupakan alternatif terakhir setelah tidak
dapat diterima di lembaga pendidikan di lingkungan Diknas (M Dahriman, 2005
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah
proses penting dalam kehidupan nmanusia,karena memang adanya manfaat yang riil
dan besar dalam mengembangkan potensi yang terkandung dalam setiap diri
manusia.sehingga tidak heran jika islam sangat menaruh perhatian akan urgensi
belajar bagi setiap manusia,bahkan islam telah mewajibkan untuk belajar.
Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah kami persembahkan,harapan kami dengan
adanya makalah ini bisa menjadikan kita lebih menyadari bahwa agama islam
mempunyai khazanah keilmuan yang sangat dalam untuk mengembangkan potensi yang
ada di dalam diri kita,dn juga alam ini yang merupakan langkah awal untuk
membuka cakrawala keilmuan kita,agar kita menjadi muslim yang bijaksana dan
intelektual,serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa di fahami oleh
pembaca.
Sekian dari kami jika ada kesalahan dalam penulisan itu semua karena
kekhilafan kami yang sebagai manusia biasa dan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ali, Hasmiyati Gani, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :
Quantum Teaching Ciputat Press Group, 2008
·
Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia
Tenggara, Jakarta : Rineka Cipta, 2009
·
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam : mengurai benang
kusut dunia pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2006
·
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan
Islam : Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta : Ciputat Pers,
2002
·
http//www.problema pendidikan islam dan solusinya.com
Komentar
Posting Komentar