model model pembelajaran efektif
Daftar isi
بسم الله الرّحمن الرّحيم
SEKAPUR SIRIH
ASSALAMUALAIKUM.wr.wb. . . .
Alhmdulillah segala puji hanya miik
allah.swt.yang telah memberikan kepada kita semua,bermacam-macam kenikmatan ,baik
kenikmatan rohaniyah dan jasadiyah dan yang terpenting adalah kenikmatan iman
dan islam.
Semoga allah.swt.senantiasa
memberikan hidayah-NYA kepada kita semua.
Sholawat dan salam semoga tercurah
kepada rosulullah .saw.atas jasa beliau dengan izin allah.swt.telah mengubah
peradaban yang jahil menuju ke peradaban yang maju disegala bidangnya.
Pendidikan merupakan ujung tombak
dan juga barometer bagi agama islam dan juga seluruh lapisan masyarakat di
dunia ini ,dengan pendidikan masyarakat akan lebih bermartabat di masayarakat
lain dan bahkan dunia. Karena memang itu adalah janji dan serifikat dari allah
.swt. untuk kita manusia,seperti dalam firmannya;يَرفَعِ
اللهُ الّذينَ امنوا منكُم والّذين اُوتُوا العِلمَ درَجَـتٍ
“allah akan
mengangkat (derajat)orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang
yang diberi ilmu beberap derajat”
Dalam makalah ini kami akan
membawakan makalah yang berjudul model – model pembelajaran.
Semoga apa yang disampaikan dalam
makalah ini ,bermanfaat untuk kita semua,dan kita semua selalu mendapatkan
hidayah dari allah.swt. Amin . . . .
Bogor 4 maret 2016
Hormat kami
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar
siswa melakukan keiatan belajar , untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan . dalam merancang kegiatan pembeajaran ini, seorang guru semestinya
memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau
kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara
yang digunakan terus mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan
jenis penilaian yang akan dipiih untuk melakukan mengukuran terhadap
ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki siswa.
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih
dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran , seorang guru harus terlebih dahulu
memahami berbagai pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman
tentang hal ini akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah ,
memilih, dan menetapkan dengan tepat metode pmbelajaran yang akan digunakan
dalam pembelajaran.
Peru dipahami bahwa setiap pendekatan pembelajran
memiliki pandangan yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan
tentang guru , dan pandangan tentang siswa, perbedaan inilah kemudian
mengakibatkan strategi dan model pembelajaran yang dikembangkan menjadi berbeda
juga, sehingga proses pembelajaran akan berbeda walaupun strategi pembelajaran
sama. Dalam makalah ini kami menekankan model pembelajaran PJBL yang membahas tentang model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktivitas secara nyata.
B. RUMUSAN MASALAH :
1.
Apa definisi model pembelajaran ?
2.
Apa saja macam-macam model pembelajaran ?
C. TUJUAN :
1.
Mengetahui definisi model pembelajaran.
2.
Mengetahui macam-macam model pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi model pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi
atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran,
dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan
banyak alat bantu dalam penerapannya.
1.
Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pemblajaran yang dapat
digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung;
pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan
learning strategi.
2.
Menurut Dedi Supriawan
dan A. Benyamin Surasega (1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model
pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah
laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
3.
Menurut E. Mulyasa
(2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan
tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar
Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular
Instruction). [1]
B. Macam-macam model pembelajaran
1. Model Pembelajaran Saintifik
Model Pembelajaran
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi,
mengukur,
meramalkan,menjelaskan,
dan menyimpulkan.
Dalam melaksanakan
proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa. Metode saintifik sangat relevan dengan teori
teori ilmiah salah satunya adalah :
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal
pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner :
a.
individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan
pikirannya.
b.
dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan .
c.
satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam
melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan
penemuan.
d.
dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di
atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam
pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori Piaget, menyatakan bahwa
belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak
skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang
dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi
lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967).[2]
2. Model Pembelajaran PBL ( Problem Based Learning )
Model pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah model
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta
didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah,
peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real
world).
a. Kelebihan problem based learning ( Model
Pembelajaran Berbasis Masalah)
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta
didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan
yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan. Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan
secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif
peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
b. Sistem penilaian model pembelajaran
problem based learning.
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR,dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap
kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu
keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan
kehadiran dalam pembelajaran Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut
ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
3. Model pembelajaran Discovery Learning
Model
Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes
place when the student is not presented with subject matter in the final form,
but rather is required to organize it him self” (Penemuan Belajar dapat
didefinisikan sebagai pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan
dengan materi pelajaran dalam bentuk akhir , melainkan diperlukan untuk
mengatur itu nya) “ [3]
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan [4]Kondisi
seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented
menjadi student oriented. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak
disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.
- Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
- Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
- Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
- Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannyasendiri.
- Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
- Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
- Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
- Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
- Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
- Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
- Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
- Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
- Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
- Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
- Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
- Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
- Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
- Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
- Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
- Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
- Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
- Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
- Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
- Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa
4. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ( PJBL )
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model
belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas
secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi
dan memahaminya.
Mengingat bahwa masing-masing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis
Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis
Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek
dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi”
yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi
yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan
industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar”
yang dibutuhkan untuk bekerja pada bidang masing-masing.
Pada Pembelajaran
Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini, yaitu :
- Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
- Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
- Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;
- Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
- Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
- Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
- Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
- Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis
Proyekantara lain berikut ini.
- Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
- Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki system baru.
- Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
- Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
- Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
- Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
- Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
- Meningkatkan kolaborasi.
- Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
- Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
- Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
- Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
- Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
- Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
- Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
- Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
- Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
- Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
- Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
- Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
Model-model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan
strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model
pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan
yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk siswa
mengerti . Pendekatan pembelajaran memiliki banyak sekali definisi namun
masing-masing masih memiliki hubungan. Dalam pendekatan pembelajaran filsafat
ada 3 yaitu : idealism, realiasme, pragmatisme, kontruktivisme,
eksistensialisme, dan pendidikan nasional pancasila. Pada model – model
pembelajaran yang kita bahas ada 4 yaitu : saintific, problem based learning,
Discovery Learning, dan Pembelajaran berbasis proyek .
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa
dalam pembahasan masih terdapat kekurangan baik dari substansi materi maupun
contoh dari setiap materi yang dibahas.
Penulis menyarankan kepada guru maupun calon guru untuk menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan sesuai dengan
kadaan siswa.
Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat
kekurangan lain, oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan dalam
memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://devidportofolio.blogspot.com/2008/11/ model-model-pembelajaran.html
Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Edukasi Kompasiana.
2011. Pentingnya Inovasi Dalam Pembelajaran. Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/24/pentingnya-inovasidalam-pembelajaran-
396045.html pada
tanggal 26 Juni 2013
http://andreanperdana.blogspot.com/2013/02/apa-sih-pentingnya-inovasi-pembelajaran.html
pada tanggal 26 Juni 2013
Sumantri Mulyani, Johar
Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Maulana
file.upi.edu/…/INOVASI_PENDIDIKAN/Inovasi_Pendidikan.pdf
Komentar
Posting Komentar