Kurikulum berbasis kompetensi full footnote and daftar pustaka


DAFTAR ISI















ABSTRAK

                  Sejak manusia menuntut kemajuan dan kehidupan,maka sejak itu timbul gagasan untuk melakukkan pengalihan, pelestarian dan pengembangan melalui pendidikan. Maka dari itu dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakatnya[1]. Untuk memperoleh masyarakat yang berbudaya, maka diperlukan pendidikan sebagaimana yang dilakukan oleh nabi Muhammad.saw. dengan para sahabatnya. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang menginginkan kemajuan dan keteraturan, demikian bangsa dan Negara memerlukan manajeman yang baik untuk dapat mencapai tujuan sesuai yang dikehendaki[2]. Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat tersebut, karena pendidikan merupakan usaha melestarikan, dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan jenisnya kepada generasi penerus.
 Menurut Ibnu Muqaffa Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani. Menurut Plato Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.
Jadi pendidikan adalah sebuah usaha sadara yang dilakukan oleh seseorang dalam sebuah lembaga pendidikan maupun tidak, dalam rangka menggali potensi dan mengembangkan, menguatkan semua indra untuk tercapainya peradaban yang lebih maju.

Kata kunci :Pendidikan




BAB I

PENDAHULUAN

a.       Latar Belakang

                  Di Indonesia, peningkatan mutu pendidikan, sebagai salah satu prioritas utama kegiatan pendidikan, telah diusahakan meialui berbagai kegiatan. Di antaranya dengan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar yang mengacu pada dua macam kemampuan pokok yaitu kemampuan terhadap bidang ajaran dan kemampuan dalam mengelola proses belajar-mengajar. kemampuan tersebut sebagai "apa" yang dibelajarkan dan "bagaimana" membelajarkannya. "Apa" yang diajarkan berkaitan dengan materi atau bidang studi yang akan dibelajarkan, sedang "bagaimana" rnem belajarkannya berkaitan dengan strategi pembelajaran Kedua hal tersebut, materi atau bidang studi dan strategi pembelajaran adalah dua hal yang saling berkaitan, sehingga  Keduanya harus berjalan secara seimbang dan serasi. Upaya untuk meningkatkan "apa yang dibelajarkan" menuntut adanya kemampuan untuk menyususn suatu kurikulum yang relevan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.[3]
                  Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. berbangsa, dan bernegara di dalam negeri dan isu-isu mutakhir dari luar negeri yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang pendidikan. Beberapa hal yang melatarbelakangi penyusunan kurikulum baru antara lain: Adanya peraturan penundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap paradigma pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah antara lain pembaharuan dan divensifikasi kurikulum, serta pembagian kewenangan pengembangan kurikulum. Perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan serius.
                  Kurikulum dan Pembelajaran merupakan dua sisi dari mata uang. Artinya, dalam proses pendidikan dua hal itu tidak dapat dipisahkan. Kurikulum tidak akan berarti tanpa diimplementasikan dalam proses pembelajaran, sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa didasarkan pada kurikulum sebagai pedoman.
Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah. Disamping juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan.[4] Kurikulum berbasis kompetensi ini dpaat dikatakan sebagai betuk inovasi kurikulum. Kemunculan kurikulum berbasis kompetensi ini seiring dengan munculnya semangat revormasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah diantaranya lahirnya undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah; Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang kewenagan pemerintah dan dan kewenagan propinsi sebagai daerah otonomi;serta lahirnya tap MPR No.IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan pendidikan masa depan. Kelahiran kebijakan-kebijakan poemerintah seperti diantaranya kebijkan pendidikan diatas, didorong oleh perubhan dan tuntutan kebutuhan masyarakat dalam dimensi global.[5]
                  Target yang ingin dicapai kurilkulum berbasis kompetensi adalah tercapainya masyarakat yang unggul baik dalam hal keilmuan dan teknologi,[6] yang mencakup aspek kognetif, efektif dan psikomotor.

a.       Rumusan Maslah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi kurikulum berbasis kompetensi.?
2.      Apa karakter kurikulum berbasis kompetensi.?

b.      Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Merujuk pada permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui definisi kurikulum berbasis kompetensi.
2.      Untuk mengetahui karakter kurikulum berbasis kompetensi.


BAB II

PEMBAHASAN

a.       Definisi kurikulum berbasis kompetensi

                  Sebelum membahas tentang kurikulum berbasis kompetensi, maka agar tidak kerancuan pemahaman, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian kurikulum. Istilah kurikulum berasal dari kata “Curriculum” yang mempunyai arti “ a course of study individu school or university”. Istilah kurikulum pada mulanya dipakai oleh bangsa Yunani dilapangan atletik dengan pengertian “Jarak Yang Ditempuh”. Sedangkan menurut Dr. Muhaimin dalam bukunya yang berjudul “Wacana Pengembangan Pendidikan Islam” kurikulum dalam arti sempit adalah seperangkat rencana atau pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar disekolah.[7]
      Dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal dengan manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan yang dilalui manusia pada berbagai kehidupannya. Sehingga kalau dikaitkan dengan pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.[8] Jadi, kurikulum adalah sebuah program pendidikan yang akan di berikan peserta didik dengan jenjang waktu yang sudah ditentukan dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Adapun Pengertian kompetensi dalam kurikulum berbasis kompetensi diartikan sebagai sebuah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagiab dari diriya, sehingga ia dapat melakukan prialku-prilaku yang kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebagaik-baiknya.[9]
Sebagaimana dijelaskan dalam draf Kebijaksanaan Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dasar dan Menengah yang diuraikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Dr. Boediono, pemberlakuan KBK didasari oleh pertimbangan bahwa kehidupan dan peradaban manusia di awal milenium ke tiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan pendidikan baik di bidang ilmu-ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti, maupun ilmu-ilmu terapan.[10]
Jadi kurikulum berbasis kompetensi Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi dan bahan pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik memiliki kompetensi dalam berbagai bidang kehidupan dan cara penyampaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan madrasah atau sekolah.
Menurut Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.[11]

b.      Karakter kurikulum berbasis kompetensi

Karakteristik KBK antara lain mencakup selekasi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menetukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan sistem pembelajaran. Sehubungan dengan itu Depdiknas tahun 2002 mengemukan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      Menekankan pada kecakapan kompetensi mhs baik secara individu maupun klasikal.
2.      Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3.      Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.      Sumber belajar bukan hanya dosen tetapi juga sumber lain yang memenuhi unsur edukatif.
5.      Penilaian penekanan pada proses dan hasil belajar dlm upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi [12]
Sedangkan menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul ”Kurikulum Berbasis Kompetensi” Menerangkan bahwa sedikitnya ada enam karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu :
1.      Sistem Belajar Dengan Modul
Modul disini adalah suatu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri. Sedangkan yang dimaksud pengajaran modul disini adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya didasarkan atas modul, misalnya seorang guru menggunakan metode tradisional, akan tetapi juga menggunakan modul baik itu sebagian maupun secara keseluruhan .
2.      Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar
Meneggunakan sumber belajar secara maksimal sangat dibutuhkan agar dalam proses belajar mengajar tidak kevakuman, bukan hanya guru yang aktif tetapi keaktifan peserta didik lebih diutamakan. Selain itu untuk melengkapi, memelihara, dan memperkaya khazanah belajar, sumber belajar juga meningkatkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik, yang sangat menguntungkan baik bagi guru maupun peserta didik.
3.      Pengalaman Lapangan
Dalam KBK lebih menekankan pada pengalaman lapangan yang dapat melibatkan masyarakat secara sistematis dalam pengembangan program, kreatifitas dan evaluasi pembelajaran. Keterlibatan ini sangat penting karena masyarakat adalah pemakai dari produk pendidikan. Selain itu pengalaman lapangan ini dapat mengakrabkan antara guru dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan adanya keakraban tersebut akan menambah kekuatan dan minat peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran dan terlindunginya guru terhadap rasa tidak senang peserta didik.
4.      Strategi Belajar Individual Personal
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik. Sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta didik (bakat, minat, dan kemampuan).
5.      Kemudahan Belajar
Kemudahan belajar disini diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran individual dengan pengalaman pembelajaran dan pembelajaran secara tim. Hal tersebut dilakukan melalui berbagai media komunikasi yang dapat didayagunakan secara optimal untuk memberikan kemudahan dalam belajar untuk mencapai atau menguasai kompetensi tertentu.
6.      Belajar Tuntas (mastery learning)
strategi belajar ini maksudnya adalah dikuasainya seluruh materi pelajaran oleh peserta didik (penguasaan secara penuh), kembali pada tujuan akhir guru mengajar adalah agar seluruh bahan yang disampaikan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik, Dari sini jelas bahwa belajar tuntas harus diterapkan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.[13]

BAB III

PENUTUP

a.       Kesimpulan

Perubahan kurikulum 1994 ke Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebenarnya bertujuan perbaikan mutu pendidikan di Indoensia, mengingat dalam KBK berorientasi pada pemberian keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan dengan kata lain bagaimana aplikasi materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Penekanan pembelajaran yang berpusat pada siswa memungkinkan dapat mengeksplorasi potensi siswa secara optimal sehingga tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang Sisdiknas dapat terelaisasi. Namun demikian dalam implementasi KBK di lapangan masih banyak kendala/kelemahan sehingga KBK yang dimulai tahun 2001 dan diterapkan secara meluas tahun 2004 (sehingga dikenal dengan kurikulum 2004) berhenti di tengah jalan dan diganti dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Secara umum KBK mengandung empat komponen dasar yaitu Kurikulum Hasil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah mempunyai dimensi yang sangat strategis dalam proses pembelajar yang berorientasi pada konstruktivisme.

b.      Saran

Dalam rangka menunjang implementasikan kurikulum berbasis kompetensi, maka diharapkan sekolah (kepala sekolah dan guru) dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dalam proses belajar mengajar di kelas. Untuk meningkatkan kualitas pembelajar di kelas, guru perlu meningkatkan partisipasi siswa melalui penugasan pada mata pelajaran yang relevan dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah seba-gai sumber belajar.  




DAFTAR PUSTAKA

Al-Toumy Omar Mohammad Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997
Dahlan Sitti salamah ,manajemen pendidikan islam,Jakarta,rabbani press,2011
E. Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi, Bandung, PT remaja rosdakarya,2005.
Furchan Arief, Dkk, Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di perguruan tinggi islam, Yogjakarta, PT Pustaka fajar, 2005
HM. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, Bandung; Pustaka Setia, Cet. 1998,
Ladjid Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat, Ciputat Press Group, 2005
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003,
 Sanjaya Wina, pembelajran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi, Jakarta, PT Kencana prenada media group, 2005
Uhbiyat Nur ,Ilmu Pendidikan Islam,(Bandung,CV Pustaka Setia,1997
http://dominique122.blogspot.com/2015/04/pengertian-kurikulum-berbasis.html diakses 28 juli 2018
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, ”Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Jakarta 2002, juga https://vitri2404.wordpress.com/2013/06/03/karakteristik-kurikulum-berbasis-kompetensi diakses 28 juli 2018



[1] Nur uhbiyat ,Ilmu Pendidikan Islam,(Bandung,CV Pustaka Setia,1997).hal.9
[2] Sitti salamah dahlan,manajemen pendidikan islam,(Jakarta,rabbani press,2011).hal.9
[3] Arief furchan, Dkk, Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di perguruan tinggi islam, Yogjakarta, PT Pustaka fajar, 2005. Hal 1
[4] HM. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, Bandung; Pustaka Setia, Cet. 1998, hlm. 10
[5] Wina sanjaya, pembelajran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi, Jakarta, PT Kencana prenada media group, 2005. Hal 8
[6] E. Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi, Bandung, PT remaja rosdakarya,2005. Hal 166
[7] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003, hal 182
[8] Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997,hal. 478.
[9] E. Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi, Bandung, PT. Remaja rosdakarya, 2005. Hal 38
[10] Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat, Ciputat Press Group, 2005, hal 74
[12] Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, ”Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Jakarta 2002, juga https://vitri2404.wordpress.com/2013/06/03/karakteristik-kurikulum-berbasis-kompetensi diakses 28 juli 2018
[13]  E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005,hal  42.

Komentar

Postingan Populer