contoh proposal skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ketika anak
dilahirkan di dunia, anak masih dalam keadaan lemah baik fisik maupun psikis.
Walaupun keadaan demikian,anak telah memiliki kemampuan bawaan sejak dalam
kandungan dalam keadaan suci yang diibaratkan seperti kertas putih yang masih
kosong, dan yang menjadikan yahudi, nasrani dan majusi adalah kedua orang
tuanya. Dalam hadits Rasulullah SAW diriwayatkan:
ما من مو لود الا يولدعلى الفطرة فاءبوه يهود انه وينصورانه
ويمجسانه
Artinya : “Setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam
kesucian (fitrah) kedua orang tuanyalah yang membuatnya kelak menjadi yahudi,
nasrani atau majusi” (HR. Bukhari)
Maka setelah
manusia lahir di dunia, anak tersebut adalah tanggung jawab kedua orang tuanya,
yaitu sebagai pendidik dan pembimbing dalam kehidupan anaknya, terutama dalam
hal keagamaan dalam penanaman nilai-nilai aqidah, akhlak budi pekerti dan
ibadah. Jelas disini campur tangan orang tua sangatlah berperan penting untuk
tumbuh dan kembang seorang anak, karena anak merupakan anugrah Allah yang
diberikan kepada manusia, dan anak juga merupakan harta dan perhiasan. Dalam Al
Qur’an surat Al-Kahfi ayat 46 dijelaskan:
المال والبنون زينة الحيوة الدنيا والبقيت الصلحت جير عند ربك
ثوابا وجيراملا
Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik menjadi harapan”
Pendidikan merupakan suatu bimbingan secara
sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya Kepribadian yang utama. Siswa mengalami
proses mental dan menghadapi bahan
belajar yang sangat
beragam baik bahan-bahan yang dirancang dan disiapkan oleh guru, ataupun bahan
belajar yang ada di alam sekitar yang tidak dirancang khusus tapi bisa
dimanfaatkan oleh siswa.
Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
Nasional pasal 1 yang berbunyi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual
keagamaan, penegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, banngsa dan Negara.Pendidikan
Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undanng-undanng dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Pendidikan
dalam arti luas dapat mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk
interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal, maupun
informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas
perkembangannya secara optimal sehingga ia mencapai suatu taraf kedewasaan
tertentu.[1]
Oleh karena
itu, orang tua atau pendidik merupakan faktor penting keteladanan dalam hal
baik buruknya seorang anak. Jika orang tua atau pendidik berbudi luhur,
berakhlak mulia, jujur dan menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan
yang bertentangan dengan agama, maka anak akan tumbuh dalam kejujuran,
berakhlak mulia dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan
dengan agama. Begitu sebaliknya jika orang tua atau pendidik berbohong,
berkhianat, durhaka, kikir dan hina, maka anak pun akan tumbuh dengan sifat dan
sikap yang buruk.
Unsur-unsur
yang saling terkait dalam sistem pendidikan adalah tujuan, anak didik,
pendidik, lingkungan, dan alat pendidikan. Sistem pendidikan ini mengalami
perkembangan seiring dengan kemajuan zaman sehingga hasil dari pendidikan
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Sejak usia
sekolah, anak telah melihat dan mempelajari hal-hal yang berada diluar diri
mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan
diajarkan oleh orang dewasa dan orang tua mereka tentang suatu yang berhubungan
dengan kemaslahatan agama. Dengan demikian, menurut Jalaludin dalam skripsi
Witin Aida[2] ketaatan
kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari para orang tua maupun guru mereka.
Perkembangan
sosial dan tingkah laku anak dimulai dari usia anak-anak sampai dewasa ditandai
oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga, ia
makin mendekatkan diri pada orang-orang lain. Meluasnya lingkungan sosial bagi
anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang berada diluar pengawasan
orang tua. Ia bergaul dengan teman-teman, ia mempunyai guru yang mempunyai
pengaruh yang besar dalam proses emansipasi.
Aqidah
merupakan monitor dan pemandu akurat yang dapat mengatur dan mengarahkan setiap
gerak dan langkah manusia. Semua yang timbul dalam jiwa manusia baik berupa
perkataan, perbuatan, gerak, langkah hingga getara-getaran yang berdetak dalam
dinding hati seseorang sangat bergantung pada kemantapan dan ketegaran
aqidahnya. Aqidah merupakan otak dan motor setiap gerak dan langkah manusia,
bila terjadi sedikit kesenjangan dan ketidakberesan padanya maka akan
menimbulkan kerusakan pada gerakan dan langkah yang diciptaknnya yang
menyimpang sangat jauh dari jalan yang lurus.[3]
Setiap aqidah
seseorang sangat berkaitan dengan akhlak yang merupakan aturan yang berlaku di
dalam masyarakat. Akhlak dalam Islam menyangkut kode etik, budi pekerti,
tingkah laku, gaya bawa, baik yang bertalian dalam hubungan dengan Allah maupun
dengan sesama manusia, secara vertikal dan horizontal. Bidang ini membedakan
mana akhlak yang mulia dan mana akhlak yang tercela.[4] Dan
Islam memandang budi pekerti (akhlak mulia) sangat penting dalam kehidupan,
bahkan Islam menegaskan bahwa akhlak adalah merupakan misi yang paling utama.
Akhlak juga merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber
daya potensi untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia baik di dunia maupun di
akhirat. Karena akhlak atas perilaku yang ada dalam masyarakat yang merupakan
unsur pokok yang membentuk baik buruknya masyarakat tersebut, Rasulullah SAW
bersabda;
انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
Artinya : “Sesungguhnya saya diutus hanyalah untuk
menyempurnakan akhlak umat manusia.” (Al-Hadits)
Jadi dapat
disimpulkan bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak tidak hanya sekedar menjadi
pengetahuan anak didik saja akan tetapi untuk mewujudkan kepribadian yang
sempurna menurut ajaran-ajaran Islam yang telah mereka peroleh melalui mata
pelajaran. Dalam pengertian bahwa setelah siswa menyerap materi-materi tersebut
guru sebagai pelaksananya, maka diharapkan siswa mampu merubah perilaku kearah
yang lebih baik dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Di
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Iltizam
Cibinong - Bogor setelah penulis melakukan observasi bahwa proses
pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak, selalu dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab, sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak dinilai sangat baik. Siswa mampu mengahafal materi yang
telah disampaikan oleh guru, berperilaku baik terhadap guru dan orang tua serta
mampu mengaplikasikan perilaku sosial keagamaanya dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, apa yang dilakukan oleh guru tersebut belum memperoleh hasil yang
diharapkan, yaitu masih terdapat beberapa siswa yang belum bisa mengahafal
materi yang telah disampaikan oleh guru, tidak berperilaku baik kepada guru dan
orang tua serta tidak mengaplikasikan perilaku sosial keagamaanya kedalam
kehidupan sehari-hari. Jadi, dalam hal tersebut adanya ketidakjelasan antara
pencapaian prestasi belajar terhadap akhlak siswa.
Berdasarkan
fakta tersebut,penulis tertarik untuk mengetahui dan meneliti lebih lanjut “Sejauhmana Pengaruh Prestasi Belajar
Aqidah Terhadap Akhlak Siswa Di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Iltizam Cibinong,
Bogor (Studi kasus kelas IX)”.
B.
Pembatasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda
mengenai pembahasan ini dan karena keterbatasan dari segi, waktu, kesempatan
dan kemampuan penulis, maka penulis akan membatasi masalah sebagai berikut:
a.
Meneliti pengaruh mata pelajaran akidah terhadap akhlak atau perilaku
peserta didik di kelas IX MTs Al-Iltizam Cibinong - Bogor.
b.
Meneliti prestasi belajar belajar siswa/i kelas IX mata pelajaran akidah
di MTs MTs Al-Iltizam Cibinong - Bogor.
C.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan
masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut:
1.
Apakah ada pengaruh mata pelajaran aqidah terhadap akhlak atau tingkah
laku siswa?
2.
Bagaimana prestasi belajar siswa kelas IX pada mata pelajaran aqidah
di MTs Al-Iltizam Cibinong - Bogor?
D.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh mata pelajaran aqidah terhadap
akhlak atau tingkah laku siswa
2.
Untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa kelas IX pada mata
pelajaran aqidah di MTs Al-Iltizam cibinong-Bogor
E.
Kegunaan Penelitian
Penelitian
ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
a.
Bagi peserta didik
Memperoleh
pengalaman belajar bahwa dengan adanya pembelajaran aqidah akhlak, diharapkan
siswa dapat terarah perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Bagi guru
Guru
mengerti bahwa ia punya peran yang sangat penting dalam proses kegiatan belajar
mengajar agar materi pembelajaran dapat di terima dengan baik oleh siswa sehingga siswa mendapatkan hasil nilai yang
maksimal dan dapat diimplementasikan dalam bentuk tingkah laku yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
F.
Metode Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Tempat penelitian dalam
skripsi ini berada di Mts Al-Iltizam Cibinong,Bogor dan studi kasus yang akan
diteliti adalah kelas IX Mts Al-Iltizam Cibinong, Bogor.
2.
Jenis Penelitian
Penelitian dalam
pengajuan proposal skripsi ini adalah penelitian lapangan, dan termasuk dalam
penelitian kuantitatif korelasional antara prestasi belajar aqidah terhadap
akhlak atau tingkah laku siswa di kelas IX Mts
Al-Iltizam Cibinong
Kabupaten Bogor. Sesuai dengan namanya, penelitian
kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya. Disebut
korelasional, karena penelitian ini berusaha menghubungkan suatu variabel
dengan variabel yang lain untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan
tingkat atau derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut.
3.
Populasi
dan Sampel Penelitian
a.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas IX MTs Al-Iltizam
Cibinong tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 41 orang.
b.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling
(acak), yakni pengambilan sampel penelitian yang dilakukan dengan cara
mancampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga mampu dianggap sama.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa dan pengumpulan data
menggunakan kuesioner (angket).
G.
Sistematika
Penyusunan
Penelitian ini akan disusun dalam 5 (lima) bab dengan tahapan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
Dalam bab ini akan diuraikan
mengenai landasan teori yang mendasari penelitian ini, kerangka pemikiran, dan
hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi objek dan lokasi
penelitian, waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan penetuan sampel
penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, uji coba instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran perusahaan, deskripsi data,
analisis pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan
yang merupakan
penyajian singkat dari keseluruhan hasil penelitian yang diperoleh dalam pembahasan dan juga mengenai
keterbatasan serta saran
yang diberikan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti
hal ini.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
LANDASAN TEORI
1.
Pengertian
Pendidikan
Dalam
arti yang luas pendidikan mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk
interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal, maupun
informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas
perkembangnannya secara optimal sehingga ia mencapai suatu taraf kedewasaan
tertentu.[5]
Sementara menurut Slamet pendidikan adalah upaya untuk mendewasakan anak didik.[6] Dalam konteks ini seseorang guru yang ideal
dapat bertugas dan berperan, antara sebagai:
1)
Konservator (pemelihara) yaitu sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan dan innovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan.
2)
Transmitor (penerus) sitem-sistem nilai tersebut kepada sasaran didik.
3)
Transformator (penerjemah) system-sistem nilai tersebut melalui
penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya melalui proses interaksi dengan
sasaran didik.
4)
Organisator (penyelenggaraan) terciptanya proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan
menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik serta Tuhan yang
menciptaknnya).
b.
Tujuan Pendidikan /
Pengajaran
Secara
umum tujuan pendidikan adalah dicapainya kedewasaan anak didik. Bagi bangsa
Indonesia, ciri kedewasaan itu dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) sebagai berikut:
“Pendidikan
Nasional berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertingi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air,
agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa”.[7]
2.
PRESTASI BELAJAR
a.
Pengertian Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah
akrab dengan semua lapisan masyarakat khususnya bagi pelajar atau mahasiswa.[8]
Menurut Djamarah dalam buku Psikologi Belajar, belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Adapun tujuan dari belajar adalah
agar setiap individu mampu memiliki suatu prestasi belajar dan suatu tingkah
laku yang lebih baik dalam berhubungan di masyarakat.
Menurut Kamus Indonesia prestasi
belajar adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah
atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui
pengukuran dan penilaian.[9]
(2001:895).
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Pada
prinsipnya, setiap siswa berhak memperoleh peluang mencapai kinerja yang
memuaskan. Namun pada kenyataan sehari-hari nampak jelas bahwa siswa memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, fisik, latar belakang keluarga,
kebiasaan dan pendekatan belajar yang sangat mencolok antara siswa dengan siswa
lainnya.
Faktor-faktor
yang dapat memperngaruhi prestasi belajar siswa terbagi menjadi dua faktor
yaitu sebagai berikut.[10]
a)
Faktor Internal, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang
muncul dari dalam diri siswa sendiri, meliputi gangguan atau kekurang mampuan
fisik siswa, antara lain:
1. Sifat Kognitif ( ranah cipta),
seperti rendahnya kapasitas atau intelegensi siswa, degradasi mental;
2. Sifat afektif (ranah cipta), seperti
labilnya emosi dan sikap;
3. Sifat psikomotor (ranah rasa),
seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran yang kurang.
b)
Faktor Eksternal, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang
datang dari luar diri sendiri, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, antara lain:
1. Lingkungan keluarga, seperti
ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi
keluarga;
2. Lingkungan masyarakat, seperti
wilayah perkampungan kumuh, teman sepermainan yang nakal, serta pengaruh tokoh
dalam media masa;
3. Lingkungan sekolah (sarana belajar,
baik perangkat keras maupun perangkat lunak), seperti kondisi dan letak gedung
sekolah, kondisi guru, pedoman pengajaran dan program pendidikan yang
berkualitas rendah.
3.
AQIDAH
a.
Pengertian Aqidah
Aqidah
berasal dari kata Aqoda yang bermakna “Ma’qud” yang artinya yang terikat.
Aqidah bagaikan ikatan perjanjian yang tangguh dan kuat. Ini disebabkan karena
ia terpatri di dalam hati dan tertanam lembah hati yang paling dalam.[11] Menurut Rousdiy aqidah adalah menyangkut
dengan keyakinan tentang adanya Tuhan yang Maha Esa, yaitu Allah SWT dengan
segala sifat-sifat kesempurnaannya. Termasuk juga iman kepada malaikat, para
rasul, kitab-kitabnya, adanya hari akhir dan iman kepada qada dan qadar dengan
segala seluk beluknya. Umumnya menyangkut rukun iman.[12]
b.
Ciri Aqidah islamiyah dan pengaruhnya dalam kehidupan
manusia.
1)
Aqidah adalah Rabbaniyah,karena sifatnya yang Rabbaniyah
inilah maka aqidah islamiyah memenuhi tuntunan fitrah (rohani) manusia.Tidak
ada satu tuntunan yang dapat mengisi rohani manusia kecuali tuntunan dan
pedoman Allah Swt.
2)
Tetap dan mantap dalam Al-Qur’anul karim,Kemantapan aqidah
dan agam merupakan neraca bagi manusia dalam mengukur semua gerak langkah dalam
kehidupan di dunia.
3)
Ketetapan dan kemantapan aqidah menjadikan Ad Dienul Haq
sebagai sumber rujukan seluruh manusia ,baik rakyat jelata maupun pemimpin.
4)
Ketetapan dan kemantapan aqidah Rabbaniyah menjadikan eluruh
manusia berteduh dalam naungan hukum dan undang-undang.
4.
AKHLAK
a.
Pengertian Akhlak
Menurut
Rousdiy[13], akhlak
yaitu menyangkut tentang kode etik, budi pekerti, tingkah laku, gaya bawa, baik
yang bertalian dalam hubungan dengan Allah, maupun dengan sesama manusia, secara
vertikal dan horizontal.
Sedangkan
menurut Ahmad Amin dalam buku Mahjuddin, bahwa akhlak adalah ilmu yang yang
membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.[14]
b.
Objek ilmu Akhlak.
Objek
atau ruang lingkup pembahasan akhlak adalah perbuatan manusia yang disengaja,
kemudian menilai perbuatan itu, apakah termasuk baik atau buruk. Sehingga
akhlak sering juga disebut tingkah laku.
c.
Manfaat Mempelajari
Ilmu Akhlak
Menurut
Mahjuddin[15]
ada beberapa manfaat mempelajari ilmu akhlak antara lain:
1)
Mendapatkan irsyad
(petunjuk batin), yang sangat berguna untuk dapat membedakan perbuatan yang
baik denga perbuatan yang buruk, sehingga tetap terpelihara martabat
kemanusiannya.
2)
Mendapatkan taufik
yang berguna untuk selalu berbuat yang sesuai dengan petunjuk Tuhan dan
Rasul-Nya.
3)
Mendapatkan hidayah
yang berguna, untuk selalu terdorong dan gemar melakukan perbuatan terpuji dan
menghindari perbuatan yang tercela.
4)
Mendapatkan ampunan
dan ridho Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat.
B.
Kerangka Berpikir
Usaha pendidikan bukanlah semata-mata proses mengetahui
belaka,tetapi lebih dari itu usaha pendidikan adalah juga proses aplikasi
pengetahuan dalam kehidupan yang nyata,hal ini seperti dijelaskan dalam arti yang luas pendidikan mencakup seluruh proses hidup dan
segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal,
nonformal, maupun informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan
tahapan tugas perkembangnannya secara optimal sehingga ia mencapai suatu taraf
kedewasaan tertentu.
Pendidikan aqidah
akhlak merupakan salah satu pendidikan yang intensif diberikan pada peserta
didik dari mulai masa kanak-kanak hingga dewasa. Hal ini dikarenakan dengan
pemberian pendidikan aqidah akhlak peserta didik diharapkan dapat mengetahui
perbuatan-perbuatan baik dan buruk sehingga mampu menentukan pilihan dalam
melakukan suatu tindakan atau perbuatan.
Pengetahuan yang
baik dan yang buruk dalam pengertian akhlak adalah merupakan salah satu topik
utama dalam pelajaran pendidikan aqidah akhlak.karenanya berdasarkan pada
penjelasan-penjelasan diatas, idealnya seorang siswa mempunyai prestasi yang
baik dalam pelajaran pendidikan aqidah akhlak maka ia pun seharusnya mempunyai
akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Prestasi belajar
pendidikan aqidah akhlak seharusnya dapat dijadikan acuan dalam proses
penilaian akhlak seorang siswa, terlebih pelajaran ini merupakan sesuatu yang
sangat fundamental dalam pndidikan. Siswa yang mempunyai prestasi belajar
aqidah akhlak yang baik idealnya juga mempunyai akhlak yang baik dalam
kehidupan sehari-harinya, demikian juga sebaliknya.
C.
Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan
deskripsi teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut yakni terdapat hubungan positif antara
pelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa dimadrasah Tsanawiyah Al-Iltizam
Cibinong-Bogor.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
melakukan penelitian. Metode penelitian sebagai pedoman untuk membantu dalam
melakukan penelitian dan menjelaskan metode yang sesuai dengan permasalahan
yang diteliti. Metode penelitian menurut Sugiyono[16] adalah
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif
kuantitatif. Jenis penelitian adalah penelitian korelasional (correlational
research) yakni suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data
guna menetukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel
atau lebih,Penelitian eksplorasi yang ditujukan untuk mengembangkan hipotesis
atau mengidentifikasi masalah, karena berdasarkan penelitian dapat diketahui
metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan desain
korelasional. Dengan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar, sedangkan variabel
terikat dalam penelitian ini adalah akhlak siswa.
Berdasarkan analisis dan jenis data, penelitian ini termasuk kedalam
penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengumpulan sampel pada umumnya dilakukan secara random (acak),
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif (statistic) dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
B.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Menurut Sugiyono[17] populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah siswa kelas IX MTs Al-Iltizam Cibinong - Bogor pada sejumlah 41 orang.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut[18] Sampel
diambil berdasarkan random sampling (probability sampling), dengan
teknik simple random sampling.
Oleh karena populasi sudah diketahui jumlahnya, maka untuk menentukan
jumlah sampel yang akan diteliti menggunakan rumus Slovia adalah:

Dimana:
l n = Sampel
l N = Populasi
l e = Interval Keyakinan (biasanya 0,5 atau 0,1)





Jadi sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebesar 30 sampel yang dipilih secara acak.
D.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang utama dalam penelitian. Dalam
suatu penelitian terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian diantaranya adalah kualitas pengumpulan data. Kualitas pengumpulan
data berkenaan ketetapan cara-cara yang digunakan untuk pengumpulan data. Oleh
karena itu, instrumen yang teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu
menghasilkan data yang valid dan reliable apabila instrumen tersebut
tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan data.
Agar dapat memperoleh data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan,
diperlukan suatu bentuk teknik atau cara pengambilan data dan informasi yang
relevan dengan tujuan penelitian. Kuesioner ditujukan pada siswa kelas IX MTs
Al-Iltizam Cibinong - Bogor tahun pelajaran 2014/2015. Untuk mendapatkan data sebagai bahan penelitian, baik itu data primer
maupun data sekunder. Maka penulis melakukan pengumpulan data dengan cara
sebagai berikut:
1.
Riset Kepustakaan
Riset kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data sekunder melalui cara pengumpulan data dilakukan
secara teoritis dengan membaca buku-buku, bahan-bahan
kuliah ataupun bacaan lain yang
berhubungan dengan materi yang penulis bahas serta literatur-literatur lainnya yang dapat membantu penelitian
yang sedang dilakukan.
2.
Riset Lapangan
Riset lapangan dilakukan dengan cara mendapatkan data-data primer yang digunakan untuk memperoleh data
variabel bebas (X) yaitu prestasi belajar dan
variabel terikat (Y) yaitu akhlak siswa.
Dengan mengadakan peninjauan langsung kelapangan, dimana media pengumpulan data:
a.
Observasi (Pengamatan)
Yaitu penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas MTs Al-Iltizam Cibinong - Bogor.
b.
Wawancara
Yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan terhadap pihak-pihak yang berwenang
dan bertanggungjawab untuk memberikan data-data tersebut yang dibutuhkan
oleh penulis.
c.
Daftar Pertanyaan (Quesitionare)
Yaitu merupakan suatu daftar atau rangkaian pertanyaan yang disusun secara tertulis mengenai sesuatu yang berkaitan dengan penelitian. Kuesioner yang digunakan adalah tipe pilihan
(tertutup). Kuesioner diberikan
kepada seluruh siswa kelas IX yang dijadikan sampel dalam penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh dari pretasi belajar mata pelajaran
aqidah akhlak terhadap akhlak siswa.
Menurut Usman dan Akbar[19] setelah
melakukan pengumpulan data penelitian, langkah selanjutnya adalah pengambilan
data yang sudah diolah sebelumnya dengan menggunakan metode deskriptif
kuantitatif. Setelah melakukan pengambilan data, peneliti melakukan analisis
dalam bentuk kuesioner. Sedangkan skala pengaturan adalah skala Likert.
Data yang terdapat dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden
digunakan untuk dimasukkan kedalam tabulasi tunggal, selanjutnya data dalam
tabel akan dianalisis dengan menggunakan skala Likert.
Menurut Sugiyono[20] skala
Likert digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dalam pengukuran jawaban responden berdasarkan skala Likert dimana skor
terendah diberi nilai 1 (satu) untuk jawaban negatif dan skor tertinggi diberi
nilai 5 (lima) jawaban positif.
Tabel 3.1
Daftar Skor
Alternatif Pilihan
|
Bobot Skor
|
Sangat setuju (SS)
Setuju (S)
Netral (N)
Tidak setuju (TS)
Sangat tidak setuju (STS)
|
5
4
3
2
1
|
E.
Daftar Pustaka
Azzam
Abdullah.Aqidah pokok membina ummat
Djamarah
Bahri Syaiful.2002.Psikologi Belajar.Rineka Cipta Jakarta.
Mahjuddin.2000.Konsep
Dasar Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Dan Petunjuk Penerapannya Dalam Hadits.
Makmun
Syamsuddin.1998.,Psikologi Kependidikan
Rousydiy
Lathief.1986.Agama Dalam Kehidupan Manusia.Rimbow
Slameto.1997.Evaluai
Pendidikan
Sopiatin
popi dan Sahrani Sohari.2002.Psikologi belajar dalam perspektif islam.Gralia Indonesia.2011
Sugiyono.2007.Metode
Penelitian Kuantitatif,Kkualitatif dan R&D.Alfabeta Bandung.2007
[1] Abin syamsuddin Makmun,Psikologi pendidikan,1998,hal.22
[2] Witin Aida,pengaruh hasil belajar aqidah terhadap tingkah laku
siswa,diakses dari http://www.witin aida 9
maret2012
[3] Abullah Azzam,Aqidah dalam pokok membina ummat,Bandung,1998,hal.9
[4]A.Lathief Rousydiy,Agama dalam kehidupan manusia,Medan,1986,hal.129
[5] Abin Syamsuddin Makmun,Psikologi Pendidikan,1998,hal:22
[6] Slameto,Evaluasi Pendidikan,Bandung,1997,hal.141
[7] Slameto,Evaluasi Pendidikan,Bandung,1997,hal.141
[8] Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,Jakarta 2002,hal.13
[9] Fuad Hasan,Kamus besar Bahasa Indonesia,Departemen Pendidikan
Nasional,Jakarta,2001,hal
[10] Popi Sopiatin,Sohari Sahrani,Psikologi belajajr dalam perspektif
Islam,Bogor,2011,hal.17
[11] Abullah Azzam,Aqidah dalam pokok membina ummat,Bandung,1998,hal.18
[12] A.Lathief Rousydiy,Agama dalam kehidupan manusia,Medan,1986,hal.128
[13] A.Lathief Rousydiy,Agama dalam kehidupan manusia,Medan,1986,hal.129
[14] Mahjuddin,Konsep Dasar pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an dan
petunjuk penerapannya dalam hadits ,Jakarta,2000,hal.9
[15] Mahjuddin,Konsep Dasar pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an dan
petunjuk penerapannya dalam hadits ,Jakarta,2000,hal.11
[16] Sugiyono,Metode penelitian kuantitatif,kualitatifdan
R&D,Bandung,2007,hal.5
[17] Sugiyono,Metode penelitian kuantitatif,kualitatifdan
R&D,Bandung,2007,hal.215
[19] Usman dan Akbar,penelitian kualitatif dan kuantitatif,2004,hal.68
Komentar
Posting Komentar