makalah mehami iman islam dan anihs
DAFTAR ISI
بسم الله الرّحمن الرّحيم
SEKAPUR SIRIH
ASSALAMUALAIKUM.wr.wb.
. . .
Alhmdulillah
segala puji hanya miik allah.swt.yang telah memberikan kepada kita semua,bermacam-macam
kenikmatan ,baik kenikmatan rohaniyah dan jasadiyah dan yang terpenting adalah
kenikmatan iman dan islam.
Semoga
allah.swt.senantiasa memberikan hidayah-NYA kepada kita semua.
Sholawat
dan salam semoga tercurah kepada rosulullah .saw.atas jasa beliau dengan izin
allah.swt.telah mengubah peradaban yang jahil menuju ke peradaban yang maju
disegala bidangnya.
Pendidikan
merupakan ujung tombak dan juga barometer bagi agama islam dan juga seluruh
lapisan masyarakat di dunia ini ,dengan pendidikan masyarakat akan lebih
bermartabat di masayarakat lain dan bahkan dunia. Karena memang itu adalah
janji dan serifikat dari allah .swt. untuk kita manusia,seperti dalam
firmannya;يَرفَعِ اللهُ
الّذينَ امنوا منكُم والّذين اُوتُوا العِلمَ درَجَـتٍ
“allah akan mengangkat (derajat)orang-orang yang beriman di antara
kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberap derajat”
Dalam
makalah ini kami akan membawakan makalah yang berjudul Memahami iman ,
islam dan ihsan
Semoga
apa yang disampaikan dalam makalah ini ,bermanfaat untuk kita semua,dan kita
semua selalu mendapatkan hidayah dari allah.swt. Amin . . . .
Hormat kami
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam agama
Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap tingkatan
memiliki rukun-rukun yang membangunnya.
Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan,
maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima
rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam
rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang
makna dan hukumnya tersendiri.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat
Ihsan disebut muhsin berarti orang yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik
yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada
aqidah da syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah
dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut
akhlaqul karimah.
B. Rumusan Masalah
Adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah;
- Mengetahui Hakikat Iman, ?
- Mengetahui Hakikat Islam ?
- Mengetahui Hakikat Ikhsan?
c.Tujuan penulisan makalah
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1.
Untuk
mengetahui apa itu Iman
2.
Untuk
mengetahui apa itu islam
3.
Untuk
mengetahui apa itu ihsan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat iman
Iman adalah
keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri
keraguan sedikitpun.[1] Sedangkan
keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Alloh,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman
kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan,
amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan
ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam,
Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia
mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika
seorang hamba telah mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus
dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari
pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan,
jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin[2]
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal
merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh
manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara beriringan
dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya,
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4)
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas,
yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama memandang keImanan beriringan dengan amal
soleh, sehinga mereka menganggap keImanan akan bertambah dengan bertambahnya
amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut
pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi).
Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak
ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak
bertambah dan tidak berkurang.
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya
berkurang, maka perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya
Iman, yaitu:
1) Diyakini dalam hati
2) Diucapkan dengan
lisan
3) Diamalkan dengan anggota tubuh.
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas
mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
1) Iman kepada Alloh
2) Iman kepada malaikatNya
3) Iman kepada kitabNya
4) Iman kepada rosulNya
5) Iman kepada Qodho dan Qodar
6) Iman kepada hari akhir
Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi
yang berIman, yang jika telah tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan
itu maka akan secara otomatis tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang
sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin di atas.
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat
dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan
adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali.
Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta
ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf yang
diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana
hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri
seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya
lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak
dicintainya melainkan karena Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran
sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR.Bukhori
Muslim).
2. Hakikat Islam
Islam bersal dari kata, as-salamu, as-salmu,
danas-silmu yang berarti: menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan
patuh. Berasal dari kata as-silmu atau as-salmu yang
berarti damai dan aman. Berasal dari kata as-salmu, as-salamu, dan as-salamatu
yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin.
Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap
penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada
Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya,
demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup, di dunia maupun di akhirat.
Siapa saja yang menyerahkan diri sepenuhnya
hanya kepada Alloh, maka ia seorang muslim, dan barang siapa yang menyerahkan
diri kepada Alloh dan selain Alloh maka ia seorang musyrik, sedangkan seorang
yang tidak menyerahkan diri kepada Alloh maka ia seorang kafir yang sombong.[3]
Dalam pengertian kebahasan ini, kata Islam
dekat dengan arti kata agama. Senada dengan hal itu Nurkholis Madjid
berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan adalah merupakan hakikat dari
pengertian Islam. Dari pengertian itu, seolah Nurkholis Madjid ingin mengajak
kita memahami Islam dari sisi manusia sebagai yang sejak dalam kandungan sudah
menyatakan kepatuhan dan ketundukan kepada Tuhan, sebagaImana yang telah
diisyaratkan dalam surat al-A’rof ayat 172 yang artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)”[4]
Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka
tidak dapat terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun
Islam, yaitu:
1) Membaca
dua kalimat Syahadat
2) Mendirikan
sholat lima waktu
3) Menunaikan
zakat
4) Puasa
Romadhon
5) Haji ke
Baitulloh jika mampu.
3. Hakikat Ihsan
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat
Ihsan disebut muhsin berarti orang yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik
yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada
aqidah dan syariat Islam disebit Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah
dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul
karimah.[5]
Adapun dalil mengenai Ihsan dari hadits adalah
potongan hadits Jibril yang sangat terkenal (dan panjang), seperti yang
diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi ditanya mengenai Ihsan oleh
malaikat Jibril dan nabi menjawab:
…أَنْ تَعْبُدَ
اللّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإنَّهُ يَرَاكَ…
“…Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh
seolah-olah engkau melihatNya. Tapi jika engkau tidak melihatNya, maka
sesungguhnya Alloh melihatmu…..
Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan
Ihsan, sebagai rumusnya adalah memposisikan diri saat beribadah kepada Alloh
seakan-akan kita bisa melihatNya, atau jika belum bisa memposisikan seperti itu
maka posisikanlah bahwa kita selalu dilihat olehNya sehingga akan muncul
kesadaran dalam diri untuk tidak melakukan tindakan selain berbuat Ihsan
atau berbuat baik.
Korelasi Iman, Islam, dan Ihsan
Diatas telah
dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas hubungan timbal
balik antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal, bila
diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam
merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah,
maka islamnya pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya
mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada
waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak tersalurkan, puasa
tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam
seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula
menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati
sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah,
rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang
berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga
pada tipisnya iman.
Dalam hal ini, sayyidina Ali pernah berkata :
قال علي كرم
الله وجهه إن الإيمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى
يبيض القلب كله وإن النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى
يسود القلب كله
Artinya : Sahabat Ali kw. Berkata :
sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih, apabila seorang
hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan bertambah sehingga
hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka
bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan
tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati.
Adapun ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan
rumah, bagaimana rumah tersebut bisa terlihat mewah, terlihat indah, dan megah.
Sehingga padat menarik perhatian dari banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah,
bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang kholiq, sehingga
dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi
larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai
plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas kedudukan kita
hanyalah sebagai hamba, budak dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja,
menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan ridlonya. Disinilah
hakikat dari ihsan..[6]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Iman, islam dan
ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang sesuai dengan dalil ,
Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya menganut
Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan Iman. Sebaliknya,
Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya,
kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan
Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam,yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.
SARAN
Demikianlah tugas penyusunan makalah kami
persembahkan,harapan kami dengan adanya makalah ini bisa menjadikan kita lebih
menyadari bahwa agama islam mempunyai khazanah keilmuan yang sangat dalam untuk
mengembangkan potensi yang ada di dalam diri kita,dn juga alam ini yang
merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita,agar kita menjadi
muslim yang bijaksana dan intelektual,serta dengan harapan dapat bermanfaat dan
bisa di fahami oleh pembaca.
Sekian dari kami jika ada kesalahan dalam penulisan itu
semua karena kekhilafan kami yang sebagai manusia biasa dan kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar
Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010)
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin
Abdullah, Ensiklopedia Islam Al-Kamil, (Jakarta: Darus
Sunnah Press, 2010)
Nata, Abuddin, Metodologi Studi
Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 2001)
Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin
dan Filosofis, (Pajang:Era Intermedia,2004).
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar
Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996).
Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga
Prinsip Dasar dalam Islam,(Riyadh: Darussalam,2004).
[3] At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim
bin Abdullah, 2010, Ensiklopedia Islam Al-Kamil, Jakarta:
Darus Sunnah Press, hlm.88
Komentar
Posting Komentar